Perkara Menyapih: Setelah 2 Tahun, Akhirnya Aku Istirahat

Dua hari pasca putri kecilku resmi memasuki usia dua tahun. Aku, ibunya, malah 'tantrum' di hari ulang tahunnya. Aku merasa sangat kewalahan dengan sikap-sikap terbarunya, yang seolah meledak di hari itu. Ya, benar saja, ternyata usia dua tahun adalah periode awal seorang manusia kecil ini mulai menunjukkan emosi dan sikap-sikap negatif yang dimilikinya. Misalnya, marah, frustasi, tidak sabar, berteriak, membanting, dan banyak hal lagi. Itu semua, tentu saja membuatku latah ikut memunculkan emosi negatif. 

Memasuki periode usia baru, aku bak masuk ke dalam dunia baru yang sebelumnya tak pernah kutemui. Selalu berpola seperti ini. Nyaman di dunia ASI aku harus masuk di dunia MPASI. Sudah nyaman pula di dunia MPASI aku harus masuk di dunia menyapih yang aduh luar biasa ini. 

Sudah dua hari ini juga aku mencoba atur startegi untuk menghilangkan kebiasaan nenennya saat mau tidur siang. Dengan cara apa? Pilihan pertama kami jatuh pada keputusan menitipkannya di rumah nenek. Mengingat aku adalah full time IRT, di rumah full seharian, kami masih belum menemukan solusi menyapih anak sendiri di rumah. 

Dan di sinilah aku sekarang. Duduk mengetik frasa-frasa di depan laptop karena untuk dua tahun terakhir ini aku akhirnya merasa seperti tidak punya pekerjaan. Nganggur senganggur-nganggurnya. Aku akan menikmati ini semua dengan damai. Tak akan kupaksa diriku bekerja. Kubiarkan dia rebahan, merasa tenang, mengantuk, tidur dan bangun dengan segar. Tak akan kubuat diriku merasa bersalah akan semua hal yang terjadi hari ini, kemarin, dan beberapa hari ke depan. Aku berhak istirahat. Meski hasil proses menyapih ini tidak menjamin apapun, aku hanya perlu menikmati setiap momenku kembali bisa beristirahat. Senangnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Job Seeker's Life: 1

Main ke Korea Festival di Surabaya

Hotel Capsule di Malang: One Day Trip Series